MASYARAKAT GORONTALO
(tidak perlu takut) SAKIT
Oleh
: Sofyan Tambipi, Gorontalo (07/01/2014)
Sepekan
sudah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dimulai yakni pada tanggal 1
Januari 2014, yang memiliki multi manfaat, baik secara medis dan maupun non medis.
Paket
manfaat yang diterima dalam program JKN ini adalah komprehensif sesuai
kebutuhan medis. Dengan demikian pelayanan yang diberikan bersifat paripurna
(preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) tidak dipengaruhi oleh
besarnya biaya premi bagi peserta. Promotif dan preventif yang diberikan dalam
konteks upaya kesehatan perorangan (personal care).
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif..???, mungkin sebagian besar masyarakat belum tahu bahkan belum
memahami apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan tersebut. Bahkan yang ada
dalam benak masyarakat jikalau mendengar tentang informasi kesehatan, pastilah
yang menjadi pemikirannya adalah sakit dan mungkin sebagian lagi berpikir sehat
atau bagaimana caranya supaya saya jikalau sakit menjadi sehat, dan mungkin
hanya sebagian kecil kalangan yang berpikir bagaimana caranya agar saya sehat tetap
sehat.
JKN
sebenarnya merupakan kelanjutan dari jaminan pelayanan kesehatan bagi penduduk
miskin yang dimulai sejak tahun 1998, kemudian pada tahun 2005 dirubah menjadi
ASKESKIN, dan pada tahun 2008 dikenal dengan JAMKESMAS yang pada saat itu belum
mencakup bagi seluruh masyarakat. Sehingga akan disempurnakan melalui Jaminan
Kesehatan Nasional yang dimulai tanggal 1 Januari 2014, dan harapannya pada
tahun 2019 seluruh penduduk sudah menjadi peserta JKN.
Coba kita lihat di Gorontalo, selain adanya JAMKESMAS, adapula
JAMKESDA, JAMKESMAN, dll yang diselenggarakan oleh Pemda Kabupaten/Kota, dan
mulai tahun 2012 Pemda Provinsi Gorontalo telah menyelenggarakan yang namanya JAMKESTA
(Jaminan Kesehatan Semesta) yang mengkafer sebagian masyarakat yang belum belum
memiliki jaminan kesehatan, sehingga diprediksi sejak tahun 2012 tersebut
Gorontalo bebas untuk sakit, karena jikalau
sakit bebas untuk berobat. Namun, kalau kita bertanya kepada masyarakat, apakah
mereka sudah memiliki jaminan kesehatan, masih ada ditemukan sebagian
masyarakat yang belum memiliki kartu jaminan kesehatan, contohnya saja kalau
kita ke Rumah Sakit (RS), masih ada masyarakat yang baru saja akan mengurus
kartu jaminan kesehatannya sehingga pada saat awal masuk RS diperlukan biaya
sementara, dan nanti akan ada pengembaliannya apabila kartu jaminannya bisa
keluar.
Hal lain dan perkembangan terakhir di Gorontalo, akan di bangun RS
yang kapasitasnya lebih banyak menampung orang sakit, sehingga masyarakat
Gorontalo tidak perlu lagi takut untuk sakit karena ada jaminan untuk berobat
gratis, dan bahkan disediakan sarana (yakni RS) untuk tempat berobat yang kapasitasnya
jika ditambahkan jumlah tempat tidur yang tersedia di seluruh RS ditambah RS
yang akan dibangun maka sudah mencapai lebih dari seperseribu jumlah penduduk
Gorontalo.
Kembali lagi tentang Jaminan Kesehatan, menarik memang tentang
jaminan kesehatan ini, kalau kita lihat jaminan lainnya mungkin dengan nama
asuransi seperti asuransi kebakaran, asuransi kerusakan mobil, dll, kata yang
digunakan adalah kata yang bermakna akibat, sedangkan khusus kesehatan kata
yang digunakan adalah kata yang bermakna kondisi yang baik, mungkin harusnya
kalau mengikuti asuransi-asuransi yang ada kata yang tepat adalah jaminan sakit
atau kesakitan. Karena apabila sakit, kita dijamin untuk diobati secara gratis.
Catatan saya yang terakhir dalam tulisan ini mungkin sebaiknya
masyarakat perlu tahu dan memahami apa sebenarnya upaya kesehatan paripurna
tersebut (promotif, preventif,kuratif, dan rehabilitatif), tetapi hal ini
mungkin agak sulit dipahami, sebaiknya yang mungkin lebih mudah dipahami adalah
bagaimana
orang sakit bisa sehat dan bagaimana orang sehat tetap sehat atau
dengan menggalakkan kembali “lebih baik mencegah daripada mengobati”.
Bagaimana seharusnya agar tidak sakit dan tetap sehat..???, salah satunya yang
mungkin mudah di ingat yakni CERDIK (Prof. Tjnadar Yoga Aditama), yaitu Cek
kesehatan secara berkala, Enyah dari asap rokok, Rajin beraktivitas fisik, Diet
sehat dan seimbang, Istrahat yang cukup, dan Kelola stress. Selain itu, bagi
umat muslim dianjurkan untuk mengikuti cara sehat dari Rasulullah melalui pola
makan, dan aktivitas Beliau sehari-hari. Hal lain yang tak kalah pentingnya,
dimana tradisi dan budaya daerah kita sebenarnya kaya akan informasi dan tata
cara bagaimana sehat melalui makanan tradisional itu sangat penting untuk
dilestarikan, demikian halnya mungkin sejalan juga dengan kiprah Persatuan Ahli
Gizi Indonesia (PERSAGI) dalam Hari Gizi Nasional 2014 yang mengangkat tema “Gizi
Baik, Kunci Keberhasilan Pelaksanaan JKN”.
Terima kasih, semoga bermanfaat.